Dipercaya Dongkrak Popularitas, Petilasan Makam Kramat Tujuh Kerap Didatangi Artis
Minggu, 20 Februari 2022 21:02 WIB
JAKARTA.POSKOTA.CO.ID - Sebagai daerah yang dikenal sebagai pusat penyebaran agama Islam, Provinsi Banten memiliki segudang lokasi petilasan maupun makam waliyullah dan Kesultanan Banten yang dikeramatkan.
Salah satunya cagar budaya Makam Kramat Tujuh yang berlokasi di Kampung Pancuran Emas, Desa Lebakwana, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang mungkin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Banten khususnya Kabupaten Serang.
Petilasan di Kampung Pancuran Emas ini dipercaya dahulu sebagai tempat berkumpulnya Ratu Nyai Wana yang merupakan adik dari Sultan Syarief Hidayatullah atau bibi dari Sultan Maulana Hasanuddin bersama empat pangerannya untuk bertirakat
Di dalam lokasi cagar budaya Makam Kramat Tujuh yang dinaungi oleh pohon rindang, terdapat tempat pemandian atau biasa disebut dengan istilah petirtaan menyerupai lubang-lubang sumur dengan diameter sekitar 0,5 - 1 meter.
Jumlah sumurnya sendiri sesungguhnya bukan tujuh seperti yang sering disebut masyarakat, melainkan lebih dari 26 sumur. Namun demikian, keseluruhan sumur tidak menumpuk di satu tempat tapi terpisah.
Tidak hanya bulat, namun sumur yang airnya dipercaya dapat memberikan manfaat ini juga ada yang berbentuk persegi.
Tidak hanya sumur, di area sumur pancuran mas juga terdapat tujuh makam keramat, yaitu Makam Ratu Nyai Wana, Syekh Pangeran Sebrang Kidul, Pangeran Antasangin, Buyut Kembar atau Hasn-Husen, Buyut Tunggal, Abah Syakh Al-Bantani, dan Buyut Raden Ireng.
Juru kunci petilasan Makam Kramat Tujuh, Opan Sofyan, menceritakan, di kawasan ini memang dulu lokasi ini disebut sebagai Tegal Papak Kramatwatu, yaitu tempat berkumpulnya keluarga Kesultanan dan sesepuh Banten.
Di lokasi ini para keluarga kesultanan serta kasepuhan kesulitan mendapatkan air, utamanya untuk ibadah salat. Oleh karena itu, keluarga Kesultanan Banten meminta pertolongan kepada Syekh Mansyurrudin Pandeglang yang juga merupakan keluarga dari Kesultanan Banten untuk membantu mendapatkan air.
Singkatnya, kata Opan, ketika itu Syekh Mansyurrudin mengikuti permintaan. Setiba di lokasi Tegal Papak, Syekh Mansyurrudin kemudian menancapkan tongkat yang biasa dipegangnya ke tanah.