Jajaki Pilpres 2024, Prabowo Sambangi Surya Paloh, Pengamat: Koalisi Nasdem dan Gerindra Relatif Kecil

Kamis, 2 Juni 2022 15:47 WIB

Share
Habib Rizieq Shihab dan Prabowo Subianto. (Foto: Ist)
Habib Rizieq Shihab dan Prabowo Subianto. (Foto: Ist)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) A. Khoirul Umam mengungkapkan, pertemuan Surya Paloh dengan Prabowo Subianto bisa jadi merupakan upaya untuk menghadapi kontestasi Pemilu 2024. Artinya, penjajakan koalisi menuju 2024 ke depan akan makin intensif.

"Pertemuan kedua hari ini jelas bukan pertemuan seremonial. Besar kemungkinan terkait penjajakan koalisi menuju 2024," ungkapnya, Kamis (2/6/2022).

Meski demikian, Umam menilai potensi koalisi Nasdem dan Gerindra relatif kecil. Kedua pemimpin partai itu memiliki cara pandang dan model pendekatan yang jauh berbeda dalam landasan berpolitik. 

"Memang dari awal secara basis politik kebangsaan oleh Pak Surya Paloh dan Pak Prabowo itu cukup berbeda. Saya pikir pelajaran dari Pilpres 2019 di mana salah satu elemen menggunakan eksploitasi politik identitas yang begitu akut dan menciptakan polarisasi yang demikian luar biasa. Posisi dari Pak Paloh cukup jelas untuk menentang praktik-praktik politik semacam itu," ujarnya.

Sementara itu, Peneliti dari Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro memaknai kunjungan Prabowo Subianto ke kantor pusat Nasdem selain sebagai bentuk safari politik, sekaligus mencari calon wakil presiden yang bisa berkontribusi jelang Pemilu 2024.

Apalagi, lanjut Bowo, NasDem akan menggelar rapat kerja nasional (Rakernas) yang salah satu agendanya yakni menyerap usulan kandidat capres/cawpres dari kader NasDem di daerah.

Pada Rakernas 15-17 Juni mendatang, Nasdem akan menyerahkan tiga nama calon presiden ke Surya Paloh, dan harapannya Prabowo bisa mendapat wakil dari situ. 

Terkait dengan peluang pasangan Prabowo-Puan seperti yang banyak disebut elite PDI Perjuangan, menurut Umam masih cukup kompetitif. 

"Saya pikir Prabowo-Puan tentu menjadi opsi yang cukup baik. kalaupun kemudian itu memungkinkan terjadinya trade off," lanjutanya.

"Potensi trade off itu bisa plus-minus, tetapi kalau kita bicara disiplin. saya pikir infrastruktur partai dan posisi di kekuasaan dengan back up dari the ruling power. Saya pikir cukup menjanjikan dan kompetitif," tambahnya.

Halaman
Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar
Berita Terpopuler